Foto: REUTERS/Yusuf Ahmad

Perusahaan Smelter Mengakui Telah Mengimpor 51.000 Ton Bijih Nikel Dari Filipina

Selasa, 09 Jul 2024

PT Kalimantan Ferro Industry (KFI) mengonfirmasi bahwa mereka harus mengimpor bijih nikel dari negara lain, terutama dari Filipina. Tindakan tersebut diperlukan untuk memastikan kelangsungan operasional proyek smelter perusahaan yang berlokasi di Desa Pendingin, Sanga-Sanga, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

Muhammad Ardhi Soemargo, Direktur Utama PT Nityasa Prima sebagai konsorsium PT KFI, menjelaskan bahwa impor bijih nikel dilakukan karena keterbatasan pasokan bahan baku di dalam negeri akibat terhambatnya persetujuan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) perusahaan tambang. Akibatnya, penambang tidak dapat menjual nikelnya.

Ketika Bapak menyatakan alasan kami harus mengimpor dari Filipina karena beberapa tambang belum memiliki RKAB, maka kami tidak dapat membeli," ujar dia dalam RDPU bersama Komisi VII DPR RI, Senin (8/7/2024).

Di sisi lain, kami juga harus memastikan kelangsungan operasi smelter. Karena terdapat 1.400 tenaga kerja yang bergantung pada smelter tersebut untuk hidup mereka.

"Tadi ketika saya menyampaikan kepada pimpinan mengenai kedatangan nikel dari Filipina, disampaikan bahwa nikel Filipina baru kami terima 1 kapal sekitar 51 ribu ton dan posisi kami hanya untuk membantu menambahkan hal-hal atau bijih nikel yang saat ini kekurangan," tambahnya.

Sebelumnya, CEO PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) Alexander Barus juga mengungkapkan tentang perusahaan smelter yang melakukan impor bijih nikel dari Filipina.

Alex mengakui bahwa Indonesia saat ini memiliki sumber daya dan cadangan nikel terbesar di dunia. Total sumber daya bijih nikel mencapai 17 miliar ton dengan total cadangan bijih nikel mencapai 5 miliar ton.

Namun, menurutnya, stok bijih nikel dengan kadar 1,7% untuk keperluan smelter sudah semakin menipis. Sementara itu, smelter nikel di dalam negeri juga harus memastikan kelangsungan operasinya.

Menurut Alex, perusahaan melakukan impor bijih nikel dari luar negeri karena spesifikasi khusus yang diperlukan. Pasokan bijih nikel dengan kadar tinggi di dalam negeri terus menurun.

"Kita harus memperhatikan bahwa pasokan bijih nikel dengan kadar tinggi semakin menipis, terutama dengan beroperasinya smelter saat ini. Smelter kita, terutama untuk produk NPI, membutuhkan lebih dari 200 juta metrik ton nikel high grade per tahun," tambahnya.


Tag:



Berikan komentar
Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.